Minggu, 17 November 2013

Resensi Kumpulan Cerpen - Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina




Resensi Kumpulan Cerpen

 
Oleh Mala oktaviani dan Sri Retno Andriani


A.  IDENTITAS
Judul                          : Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina
Penulis                        : Hanna Fransisca
Penerbit                     : Komodo Books
Cetakan                      : 1 Mei 2012
JumlahHalaman          : 140 Halaman
Ukuranbuku                : 14 X 20,5 cm
ISBN                          : 978-602-9137-20-0

B.  SINOPSIS
Zhu adalah seorang janda dan anak saudagar pencari sarang walet dari Kalimantan Timur yang merantau ke kota berteluk hangat di selat sunda (Bandar Lampung), yang rindu dengan suaminya, namun suaminya sudah meninggal. Suami yang dimaksud yaitu Sulaiman, Sulaiman adalah seorang petani kopi  ilegal yang selama hidupnya mempertahankan ladang kopi dari pemerintah yang dipaksa pergi meninggalkan lahan yang telah bertahun-tahun di garap dengan tuduhan melakukan pembunuhan gajah.
Kisah cinta mereka berawal dariSulaiman dan Nyiwar yang datang kerumah Zhu untuk meminta pertolongan darinya, karena Zhu teringat atas jasa ayahnya yang berbaik hati menolong orang, sehingga Zhu menolong Sulaiman dan Nyiwar agar tinggal di rumahnya.
Selama Sulaiman tinggal di rumah Zhu benih-benih cinta pun mulai terjadi sehingga mereka melakukan perkawinan, setelah mereka melangsungkan perkawinan terjadi sesuatu yang tidak terduga.
Berita pemberontakan petani kopi mulai menyebar dan pemerintah tidak tinggal diam sehingga rumah Zhu diserang dan digelandang paksa meninggalkan Zhu.


C.  UNSUR INTRINSIK
a.    Tema                           : Kerinduan seorang istri terhadap suaminya yang meninggal karena mempertahankan ladang kopi.
b.    Alur                             : Maju mundur (campuran).
c.    Tokoh                         : Sulaiman, Zhu, Nyiwar, Made Sukari.
d.    Penokohan                  :
-       Sulaiman               : Berani, pantang menyerah, rela berkorban, gigih.
-       Zhu Ni Xia           : cerdas, ulet, penolong, rendah hati.
-       Nyiwar                  : baik, sabar, lemah lembut.
-       Made Sukari        : baik, berani.
e.    Latar/ setting           :
-       Latar alat             : Kain tapis, gamelan bambu, kapal perang.
-       Latar suasana      : Tegang ,Haru, Sedih.
-       Latar tempat       : Bandar Lampung, Kualakambas, Ladang, Hutan, Kebun, pelabuhan, Pantai, Balai kampung, Rumah Zhu.
-       Latar waktu         : Pagi, petang, malam hari, subuh.
f.    Amanat                       :
-       Mengikhlaskan  orang yang sudah meninggal.
-       Membantu orang yang kesulitan dan tanpa memandang statusnya.
-       Bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan agar mendapatkan hasil yang maksimal.
-       Menjaga titipan dari leluhur  yang mulia dengan sebaik-baiknya.

g.    Sudut pandang          : Sudut pandang orang ketiga serba tahu, dan orang pertama
h.    Gaya bahasa              :
-       Pleonasme      : Kemilau emas memancar
-       Repetisi          : Hamparan ratusan kotak-kotak beton di seantero kota-kota itu
-       Metafora       : Kota berteluk hangat di selat sunda


D.  UNSUR EKSTRINSIK
i.      Nilai moral     : Sekelompok orang memukuli orang gila yang mencuri kopi pelanggan disebuah warung.
j.     Nilai sosial     : Seorang ibu penjual pecel yang rela meminjamkan sarungnya  demi kepentingan orang yang tidak dikenalnya, padahal orang lain yang berada di dalam kantor pemerintahan yang memakai pakaian yang lebih rapih kebanyakan berpikir berulang kali bahkan memaki-maki untuk meminjamkan celana atau pakaiannya yang menutupi kaki.
k.    Nilai budaya  : Menunjukkan bukti baktinya sebagai seorang anak yang baik kepada leluhurnya (kakek) dengan cara menghidangkan makan enak yang di impikan arwah yang telah meninggal tersebut, mendandaninya dengan pakaian yang rapih dan mewah, menyewa penangis bayaran agar terlihat kualitas bakti dari segenap keturunan dengan histerisnya tangisan.
l.      Nilai Agama   : Meminta maaf kepada Dewa karena tidak bisa sembahyang untuk-Nya.


E.  KEKURANGAN
Ada dua kesalahan ketik yang kesalahannya dari editor buku ini, Kata gentayangan  tertulis  gentanyangan  di halaman 26, dan kata knalpot  tertulis kanlpot di halaman 131. Lalu  bahasanya yang kurang baku dan lebih banyak menggunakan bahasa adat (tionghoa) serta banyak bahasa yang menggunakan majas. Dari sembilan cerpen ini nyaris tidak menyisakan ruang untuk tersenyum. Dan kekurangan selanjutnya banyak kalimat yang susah untuk dipahami.

F.  KELEBIHAN
Tema dan jalan cerita bukanlah yang terpenting. Yang paling utama dari cerpen ini adalah  cara bertutur yang memikat. Beberapa kata memiliki arti dan makna yang baik di terapkan dalam kehidupan,  dan cerita ini dapat menguras emosi pembaca. Dari buku ini kita diperkenalkan lebih jauh dan hampir detail mengenai agama konghucu dan budaya tionghoa.



G.  KESIMPULAN
Buku ini menceritakan tentang budaya tionghoa  dan agama konghucu secara detail. Menceritakan secara detail bagaimana proses upacara pemakaman dengan adat konghucu. Apa saja yang harusnya dipersiapkan untuk sajian orang yang meninggal. Tidak hanya menceritakan agama dan budaya saja, tetapi menceritakan makna arti kehidupan sosial dan romantisme juga. Semua berpadu menjadi suatu cerita yang menguras emosi.