Semenjak naik ke kelas XII, Ratu semakin sibuk mencari info tentang Universitas jurusan
kedokteran. Ia sangat tertarik dengan dunia kedokteran dan maniak mencari info tentang kedokteran. Ratu
ingin menjadi orang yang dikenang oleh orang banyak. Ratu ingin
menemukan obat untuk penyakit yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya.
Cita-cita dan obsesinya itu sangat kuat dikarenakan neneknya mengidap penyakit Demensia,
yaitu kehilangan
fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi
aktivitas kehidupan sehari-harinya.
Ratu mengikuti berbagai ujian untuk
bisa masuk ke universitas kedokteran yang ia inginkan. Tapi tak ada satupun ujian
yang berhasil ia taklukkan. Namun Ratu terus mencoba dan tidak patah semangat.
Dan pada akhirnya, ia bisa lolos seleksi masuk universitas kedokteran. Dan
beruntungnya universitas itu di luar negeri. Bahagianya bukan kepalang Ratu
membaca kabar berita tersebut yang datang lewat e-mail. Ratu langsung
memberitahukan kabar bahagia ini kepada ayah, ibu, dan keluarga besarnya.
Kebetulan keluarga Ratu memang tinggal dalam satu rumah, termasuk neneknya.
Semuanya bahagia mendengar kabar tersebut, kecuali sang nenek. Beliau biasa
saja mendengar kabar tersebut, bahkan terkesan acuh dan tidak perduli akan
keberhasilan cucunya. Padahal lolos ujian beasiswa bukanlah hal mudah, apalagi
untuk jurusan kedokteran di universitas luar negeri.
Memang terlihat aneh, kenapa
neneknya terkesan tidak ikut merasa bahagia mendengar kabar keberhasilan
cucunya. Tapi neneknya seperti itu bukan karena tanpa alasan. Melainkan karena
penyakit Dimensia yang dideritanya itu. Sehingga sang nenek tidak ingat bahwa
Ratu adalah cucunya. Hal itu membuat Ratu sedih. Tapi hal itu pula yang membuat
Ratu menjadi bersemangat untuk menggapai cita-citanya menjadi dokter. Demi
menyembuhkan penyakit yang diderita neneknya agar Ratu bisa mendapat pengakuan
dari neneknya bahwa dia adalah cucunya.
Tapi, orang tua Ratu justru
kelimpungan dengan kabar lolosnya Ratu dalam seleksi universitas kedokteran
luar negeri. Di satu sisi ada rasa bangga karena anak semata wayangnya bisa
melanjutkan studi di luar negeri dengan jurusan kedokteran, tapi disisi lain
ada rasa takut untuk memberitahu hal yang sebenarnya sedang terjadi. Perusahaan
yang sudah bertahun-tahun dikelola, beberapa bulan terahir ini sedang mengalami
keguncangan. Dan Ratu tidak mengetahui hal tersebut, karena orang tuanya tidak
tega memberitahukannya. Mereka takut Ratu tidak siap mendengar berita ini.
Karena Ratu sudah terbiasa hidup mewah dan serba kecukupan.
Pada malam hari saat ayah baru
pulang kerja, ibu memanggil ayah dan berkata, “ayah, bagaimana mengenai kuliah
anak kita? Ayah tahu sendiri kan kondisi keuangan kita tidak memungkinkan untuk
membiayai studi dia di luar negeri?”
Ayah terdiam sejenak. Raut
wajahnya menggambarkan kalau dia sedang kebingungan. Lalu ayah berkata pada
ibu, “lalu menurut ibu sendiri bagaimana baiknya? Ibu kan yang lebih dekat
dengan ratu. Mungkin ibu lebih tau apa yang diinginkan oleh Ratu.”
“Yasudahlah yah, lebih baik kita
bicarakan baik-baik bersama Ratu. Pasti dia bisa mengerti keadaan kita” jawab
ibu.
Ternyata pembicaraan mereka
terdengar oleh ratu yang tidak sengaja lewat. Ratu terdiam, dia tidak tau apa
yang harus ia lakukan. Tidak lama kemudian Ratu menghampiri kedua orang tuanya
sambil berkata, “ayah, ibu, Ratu sudah tahu semuanya. Tadi Ratu tidak sengaja
mendengar pembicaraan kalian. Ratu bisa mengerti yah. Kalau memang Ratu harus
meninggalkan universitas impianku tidak apa-apa. Mungkin ini bukan yang terbaik
untukku. Lebih baik Ratu kuliah di sini saja agar tidak membutuhkan biaya yang
terlalu besar”.
“Baiklah jika itu menjadi
pilihanmu. Ayah dan ibu hanya bisa mendukung dan mendoakan agar kamu bisa
mencapai apa yang selama ini kamu cita-citakan” jawab ayah.
Keesokan harinya Ratu mencoba
mengikuti seleksi masuk universitas kedokteran yang ada di Indonesia. Berbagai
ujian beasiswa ia ikuti. Tapi sulit, dan tak ada satu pun yang lolos. Ratu
terus berusaha mengikuti ujian-ujian beasiswa. Agar ia tidak membebani orang
tuanya. Dan pada akhirnya, Ratu lolos ujian beasiswa. Tidak sia-sia usahanya
selama ini. Ia diterima di universitas Indonesia dengan jalur beasiswa fakultas
kedokteran. Tahun demi tahun Ratu lalui waktu dengan menimba ilmu di
universitas tersebut. Setelah lulus, Ratu diterima bekerja di rumah sakit
terkemuka di Indonesia. Dan semenjak ia bekerja menjadi dokter, ia berhasil
mengembalikan keadaan perekonomian keluarganya seperti semula. Ada rasa
kebanggaan tersendiri bagi Ratu yang bisa mengembalikan kondisi perekonomian
keluarganya dengan kerja kerasnya sendiri. Tapi ada satu hal lagi yang belum
bisa dicapainya, yaitu menyembuhkan neneknya dari penyakit Demensia yang sudah bertahun
tahun diderita neneknya itu.
Suatu hari ratu menemui neneknya
yang sedang duduk termenung di kamarnya. Lalu Ratu memeluk neneknya sambil
berkata, “Nek, aku sudah berusaha mencari cara untuk menyembuhkan nenek dari
Demensia. Tapi aku gagal dan tidak bisa menemukan caranya. Maafkan aku nek, aku
tidak bisa menepati janjiku”.
“Kamu siapa?” jawab sang nenek
yang belum juga sembuh dari penyakit Demensianya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar