Kamis, 27 September 2012

Demensia Nenek


Semenjak naik ke kelas XII, Ratu semakin sibuk mencari info tentang Universitas jurusan kedokteran. Ia sangat tertarik dengan dunia kedokteran dan maniak mencari info tentang kedokteran. Ratu  ingin menjadi orang yang dikenang oleh orang banyak. Ratu ingin menemukan obat untuk penyakit yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Cita-cita dan obsesinya itu sangat kuat dikarenakan neneknya mengidap penyakit Demensia, yaitu kehilangan fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-harinya.  
Ratu mengikuti berbagai ujian untuk bisa masuk ke universitas kedokteran yang ia inginkan. Tapi tak ada satupun ujian yang berhasil ia taklukkan. Namun Ratu terus mencoba dan tidak patah semangat. Dan pada akhirnya, ia bisa lolos seleksi masuk universitas kedokteran. Dan beruntungnya universitas itu di luar negeri. Bahagianya bukan kepalang Ratu membaca kabar berita tersebut yang datang lewat e-mail. Ratu langsung memberitahukan kabar bahagia ini kepada ayah, ibu, dan keluarga besarnya. Kebetulan keluarga Ratu memang tinggal dalam satu rumah, termasuk neneknya. Semuanya bahagia mendengar kabar tersebut, kecuali sang nenek. Beliau biasa saja mendengar kabar tersebut, bahkan terkesan acuh dan tidak perduli akan keberhasilan cucunya. Padahal lolos ujian beasiswa bukanlah hal mudah, apalagi untuk jurusan kedokteran di universitas luar negeri.
Memang terlihat aneh, kenapa neneknya terkesan tidak ikut merasa bahagia mendengar kabar keberhasilan cucunya. Tapi neneknya seperti itu bukan karena tanpa alasan. Melainkan karena penyakit Dimensia yang dideritanya itu. Sehingga sang nenek tidak ingat bahwa Ratu adalah cucunya. Hal itu membuat Ratu sedih. Tapi hal itu pula yang membuat Ratu menjadi bersemangat untuk menggapai cita-citanya menjadi dokter. Demi menyembuhkan penyakit yang diderita neneknya agar Ratu bisa mendapat pengakuan dari neneknya bahwa dia adalah cucunya.
Tapi, orang tua Ratu justru kelimpungan dengan kabar lolosnya Ratu dalam seleksi universitas kedokteran luar negeri. Di satu sisi ada rasa bangga karena anak semata wayangnya bisa melanjutkan studi di luar negeri dengan jurusan kedokteran, tapi disisi lain ada rasa takut untuk memberitahu hal yang sebenarnya sedang terjadi. Perusahaan yang sudah bertahun-tahun dikelola, beberapa bulan terahir ini sedang mengalami keguncangan. Dan Ratu tidak mengetahui hal tersebut, karena orang tuanya tidak tega memberitahukannya. Mereka takut Ratu tidak siap mendengar berita ini. Karena Ratu sudah terbiasa hidup mewah dan serba kecukupan.
Pada malam hari saat ayah baru pulang kerja, ibu memanggil ayah dan berkata, “ayah, bagaimana mengenai kuliah anak kita? Ayah tahu sendiri kan kondisi keuangan kita tidak memungkinkan untuk membiayai studi dia di luar negeri?”
Ayah terdiam sejenak. Raut wajahnya menggambarkan kalau dia sedang kebingungan. Lalu ayah berkata pada ibu, “lalu menurut ibu sendiri bagaimana baiknya? Ibu kan yang lebih dekat dengan ratu. Mungkin ibu lebih tau apa yang diinginkan oleh Ratu.”
“Yasudahlah yah, lebih baik kita bicarakan baik-baik bersama Ratu. Pasti dia bisa mengerti keadaan kita” jawab ibu.
Ternyata pembicaraan mereka terdengar oleh ratu yang tidak sengaja lewat. Ratu terdiam, dia tidak tau apa yang harus ia lakukan. Tidak lama kemudian Ratu menghampiri kedua orang tuanya sambil berkata, “ayah, ibu, Ratu sudah tahu semuanya. Tadi Ratu tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian. Ratu bisa mengerti yah. Kalau memang Ratu harus meninggalkan universitas impianku tidak apa-apa. Mungkin ini bukan yang terbaik untukku. Lebih baik Ratu kuliah di sini saja agar tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar”.
“Baiklah jika itu menjadi pilihanmu. Ayah dan ibu hanya bisa mendukung dan mendoakan agar kamu bisa mencapai apa yang selama ini kamu cita-citakan” jawab ayah.
Keesokan harinya Ratu mencoba mengikuti seleksi masuk universitas kedokteran yang ada di Indonesia. Berbagai ujian beasiswa ia ikuti. Tapi sulit, dan tak ada satu pun yang lolos. Ratu terus berusaha mengikuti ujian-ujian beasiswa. Agar ia tidak membebani orang tuanya. Dan pada akhirnya, Ratu lolos ujian beasiswa. Tidak sia-sia usahanya selama ini. Ia diterima di universitas Indonesia dengan jalur beasiswa fakultas kedokteran. Tahun demi tahun Ratu lalui waktu dengan menimba ilmu di universitas tersebut. Setelah lulus, Ratu diterima bekerja di rumah sakit terkemuka di Indonesia. Dan semenjak ia bekerja menjadi dokter, ia berhasil mengembalikan keadaan perekonomian keluarganya seperti semula. Ada rasa kebanggaan tersendiri bagi Ratu yang bisa mengembalikan kondisi perekonomian keluarganya dengan kerja kerasnya sendiri. Tapi ada satu hal lagi yang belum bisa dicapainya, yaitu menyembuhkan neneknya dari penyakit Demensia yang sudah bertahun tahun diderita neneknya itu.
Suatu hari ratu menemui neneknya yang sedang duduk termenung di kamarnya. Lalu Ratu memeluk neneknya sambil berkata, “Nek, aku sudah berusaha mencari cara untuk menyembuhkan nenek dari Demensia. Tapi aku gagal dan tidak bisa menemukan caranya. Maafkan aku nek, aku tidak bisa menepati janjiku”.
“Kamu siapa?” jawab sang nenek yang belum juga sembuh dari penyakit Demensianya.



Tidak ada komentar: