Senin, 12 Oktober 2015

Asap Indonesia

Situasi di sejumlah provinsi di Sumatra dan Kalimantan sudah sedemikian parah sehingga pemerintah Indonesia perlu meminta bantuan asing. Di Pekanbaru saja sudah banyak warga yang terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Ini sudah mendesak tidak, hanya di Riau, Jambi, Sumatra Selatan serta Kalimantan, tapi juga di negara-negara tetangga yang sudah terkena dampak kabut asap. Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa pihaknya meminta Singapura, Rusia, Malaysia, dan Jepang membantu memadamkan api di hutan dan lahan.


Warga Pekanbaru, Riau mendesakan agar pemerintah Indonesia memadamkan kebakaran hutan dan lahan. Karena sudah banyak warga disana yang menderita infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). 

Seorang warga mengaku harus memberi saluran oksigen kepada kedua anaknya dari sebuah tabung agar mereka bisa bernapas lega. Tabung yang dibelinya seharga Rp850.000 itu mengalirkan oksigen secara nonstop selama tiga jam. Setelah isinya habis, tabung itu harus diganti dengan biaya Rp35.000. Dokter mendiagnosa kedua anaknya kekurangan oksigen. 
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah titik api di Sumatra dan Kalimantan masih mencapai ratusan, meski telah menurun selama sebulan terakhir.

orang utan
orang utan
Puluhan orang utan di pagi hari keluar dari kandang mereka di pusat reintroduksi orang utan BOS Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah. Di lokasi tersebut orang utan-orang utan dilatih untuk dapat bertahan di hutan alam bebas, meski kabut asap akibat kebakaran hutan di berbagai daerah Kalimantan membuat pemandangan menjadi buram. Mereka belajar untuk bergelantungan di pohon dan walau orang utan dewasa tampak tidak memiliki kesulitan, tampaknya bayi orang utan perlahan-lahan sudah merasakan dampak dari kabut asap.
Karena kabut asap sangat tebal, dalam dua minggu terakhir ini. Enam belas bayi orang utan tersebut terkena ISPA (infeksi saluran pernapasan atas). Itu artinya bahwa bayi orangutan sangat rentan sekali terhadap perubahan-perubahan cuaca atau pun sangat berpengaruh besar dari kabut asap ini.
Jadi untuk saat ini para bayi orang utan terpaksa belajar di dalam ruangan dan karena tempat yang terbatas maka mereka hanya dapat berguling-guling di lantai. Dikhawatir apabila kondisi ini terus berlangsung akan banyak sekali orang utan yang ada di tempat itu sakit, atau bahkan tidak menutup kemungkinan ada berapa orang utan yang dapat mati.
Di pusat rehabilitasi orangutan Samboja Kalimatan Timur, yang juga merupakan milik BOS, para staf terpaksa mengevakuasi 200 orangutan di tempat itu karena kebakaran hutan yang terjadi dekat wilayah mereka. Selain orangutan, di situ juga terdapat beruang-beruang yang perlu dilindungi. Di Kalimantan terdapat sekitar 700 orang utan yang berada di margasatwa.



Source: 
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/10/151008_indonesia_pemerintah_terpojok
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/10/151006_majalah_lingkungan_satwaasap

Tidak ada komentar: